Halaman

Kamis, 28 April 2016

Etika , Estetika dan Peradaban



ETIKA , ESTETIKA dan PERADABAN

1.                     Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Jenis etika
A.                       Etika Filosofis
       Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
      Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat.

Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:

1.          Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2.           Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.


B.                       Etika Teologis
       Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis.

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis

        Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu:
A.        Revisionisme
        Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.

B.    Sintesis
*        
*             Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.
*        
*       C.   Diaparalelisme
*        
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.
Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.
Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja. Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.

2.                     Estetika
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Etimologi
Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike yang berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan pancaindra.
Jadi, estetika menurut arti etimologis, adalah teori tentang ilmu penginderaan. Pencerapan panca indra sebagai titik tolak dari pembahasan Estetika didasarkan pada asumsi bahwa timbulnya rasa keindahan itu pada awalnya melalui rangsangan panca indra.
Istilah estetika sebagai ”ilmu tentang seni dan keindahan” pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten, seorang filsuf Jerman yang hidup pada tahun 1714-1762. Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abad ke XVII namun pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, yang disebut dengan istilah ”beauty” yang diterjemahkan dengan istilah ”Filsafat Keindahan”.      
*       Keindahan, menurut luasnya lingkupan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
*       1. Keindahan dalam arti yang terluas, meliputi keindahan alam, keindahan seni, keindahan moral,  keindahan intelektual dan keindahan mutlak (absolut)
*       2.      Keindahan dalam arti estetis murni : menyangkut pengalaman esetetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya.
*       3.      Keindahan dalam arti terbatas hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni berupa kiendahan bentuk dan warna (The Linag Gie, 1996:17-18).  
*        
*             Dalam kenyataanya, pencerapan indra penglihatan hanya bersifat terbatas yang menyangkut cahaya, warna dan bentuk. Keindahan dalam arti pengertian inderawi sebenarnya lebih luas daripada yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan, sebab beberapa karya seni dapat pula dicerap oleh indera pendengaran, misalnya seni suara.
*            Keindahan dalam arti luas mengandung pengertian idea kebaikan, misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
*       Plotinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang  indah
Penilaian keindahan
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan memadukan warna dan ruang serta kemampuan mengabstraksi benda.
Konsep the beauty dan the ugly
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan, dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
Sejarah penilaian keindahan
Keindahan seharusnya sudah dinilai saat karya seni pertama kali dibuat, namun rumusan keindahan pertama kali didokumentasi oleh filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.

Definisi
Definisi estetika itu beragam. Tiap-tiap filsuf mempunyai pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi pada prinsipnya, mereka sependapat bahwa estetika adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan/hal yang indah, yang terdapat dalam alam dan seni. Definisi-definisi itu diantaranya:

a. Definisi umum :
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan/hal yang indah, yang terdapat pada alam dan seni.
b. Luis O. Kattoff:
Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
c.  Dictionary of Philosophy (dagobert D. Runes):
Cabang filsafat yang berhubungan dengan keindahan atau hal yang indah, khusunya dalam seni serta citarasa dan ukuran-ukuran nilai baku dalam menilai seni.
d. The Encyclopedia of Philosophy
Estetik adalah cabang Filsafat yang bertalian dengan penguraian pengertian-pengertian dan pemecahan persoalan-persoalan yang timbul bilamana seseorang merenungkan tentang benda-benda estetis. Pada gilirannya benda-benda estetis adalah semua benda yang tekena oleh pengalaman estetis; dengan demikian hanyalah setelah pengemalan estetis dapat secukupnya dinyarakan ciri-ciri bisalah seseorang menentukan batasnya golongan benda-benda estetis tersebut.
e. William Halverson
Cabang filsafat (axciology)yang bertalian dengan sifat dasa dari nilai-nilai non-moral khususnya keindahan dan nilai-nilai lainya apapun yang mempunyai sangkutan istimewa dengan seni.

f. Van meter Ames (Collier's Encyclopedia)
Penelaahan tentang apa yang tersangkut dalam penciptaan, penghargaan dan kritik seni, dalam hubungan seni dengan peranan yang berubah dari sei dalam suatu dunia pancaroba.
g. GeromeStolnitz (The Encyclopedia of
    Phylosophy)
Estetika dilukiskan sebagai penelaahan filsafati tentang keindahan dan kejelekan. Keindahan mempunyai nilai estetis yang bersifat positif, sedangkan kejelekan mempunyai nilai estetis yang bersifat negatif. Hal yang jelek bukan berarti tidak adanya unsur keindahan.
h. The american Society for aestheties
Semua penelaahan menenai seni dan bermacam-macam pengalaman yang berhubungan dengan itu dari suatu sudut pandang filsafati, ilmiah dan teoritis lainnya, termasuk dari psikologi, sosiologi, anthropology, sejarah kebudayaan kritik seni dan pendidikan (The Liang Gie,1976,16-31).

Ruang Lingkup Filsafat keindahan dan Estetika
Ruang lingkup yang dibahas dengaan estetika meliputi:
1.      Persoalan tentang nilai estetis (estheic value)
2.      Pengalaman estetis ( esthetic experience)
3.      seni (art)
4.      seniman
Hal ini dipelajari secara historis, ilmiah, teoritis, informatif dan filosofis.
Secara historis artinya estetika dipelajari dari segi sejarahnya dan diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi keidupan manusia.
Secara ilmiah artinya estetika dipelajari diuji dan dikaji seperti halnya ilmu pengetahuan.
Secara teoritis artinya dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil serta  pendapat-pendapat dari para filsuf atau ilmuwan di dalam pembahasan estetika secara empiris dan ilmiah
Secara informatif yaitu dengan mendapatkan masukan atau informasi mengenai sesuatu hal ,baik lewat media massa, ilmu pengetahuan, empiri maupun pendapat  masyarakat.
Studi filosofis diharapkan mampu mencari dan menemukan esensi atau substansi dari keindahan itu.

Persoalan tentang Nilai Estetis (nilai keindahan)
Dalam rangka teori umum tentang nilai, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomis dan nilai-nilai yang lain. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetis.
Mengenai nilai, ada pendapat yang membedakan antara nilai subjektif dan nilai objektif. Pembedaan lainnya ialah antara nilai perseorangan dan nilai kemasyarakat. Dilihat dari segi  ragamnya nilai dibedakan menjadi nilai intrinsik, nilai instrumental,  nilai inheren dan nilai kontributif.
Nilai estetis sebagai salah satu jenis nilai manusiawi (nilai religius,etis dan intelektual) menurut The Liang Gie, tersusun dari sejumlah nilai yang dalam estetika dikenal dengan kategori-kategori nilai estetis atau kategori-kategori nilai keindahan.Pada umumnya filsuf membedakan adanya tiga pasang yaitu:
a. kategori-kategori yang agung dan yang elok
b. kategori-kategori yang indah dan yang jelek
c. kategorI-kategori yang komis dan yang tragis

Akhirnya Kaplan menambahkan kecabulan (obscennity) sebagai kategori nilai estetis (The Liang Gie, 1978 : 169).

Kecabulan (obscennity) lebih condong pada pendekatan secara etik atau moral. Dalam bidang seni dan keindahan, lebih tepat dengan istilah erotis.

3.                       Peradaban
   Pengertian Peradaban
Pada dasarnya , peradaban ialah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi , halus , indah dan juga maju. Sedangkan pengertian peradaban dalam arti luas ialah suatu kumpulan identitas terluas dari keseluruhan hasil budidaya manusia yang juga mencakup kepada seluruh aspek kehidupan pada manusia , baik itu fisik (misalnya bangunan dan jalan) maupun secara non-fisik (nilai-nilai , tatanan , seni budaya dll) yang teridentifikasi dengan melalui unsur-unsur objektif umum ialah seperti bahasa , sejarah , agama , kebiasaan , intuisi atau juga dengan melalui identifikasi diri yang subjektif

Istilah “peradaban” tersebut dalam bahasa inggris disebut dengan “civilization” atau juga didalam bahasa asing peradaban disebut dengan “bescahaving” (belanda) serta “die zivilsation” (jerman).
Istilah Peradaban tersebut sering juga dipakai untuk dapat menunjukkan pendapat serta juga suatu penilaian kita kepada perkembangan dari kebudayaan yang mana pada waktu perkembangan
kebudayaan tersebut mencapai puncaknya yang berwujud kepada unsur-unsur budaya yang halus indah, tinggi, sopan, luhur, dan lain-lainya , oleh karena itu masyarakat pemilik kebudayaan ini dikatakan
bahwa telah mempunyai peradaban yang tinggi. Terdapat beberapa pengertian mengenai peradaban yang didefinisikan oleh para pakarnya .
Pengertian Peradabang menurut pendapat parah ahli :
  • Huntington
    Menurutnyapengertian peradaban ialah sebuah identitas terluas dari suatu budaya, yang teridentifikasi dengan melalui dalam unsur-unsur obyektif secara umum, seperti bahasa, sejarah, agama, ataupun
    melalui identifikasi diri yang lebih subyektif.
  • Alfred Weber
    Alfred Weber menggemukakan bahwa pengertian peradaban ialah mengacu kepada suatu pengetahuan praktis dan juga intelektual, serta juga suatu kumpulan cara yang bersifat teknis yang difungsikan
    untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan tersebut terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normatif, dan juga ide-ide yang bersifat unik. Aspek dari peradaban tersebut lebih bersifat ke arah kumulatif
    dan juga lebih siap untuk disebar,dan lebih rentan kepada suatu penilaian, serta juga lebih berkembang daripada suatu aspek kebudayaan. Peradaban tersebut bersifat impersonal dan juga objektif,
    sedangkan kebudayaan tersebut bersifat personal, subjektif serta juga unik.
  • Prof Dr. Koentjaraningrat
    Menurutnya Peradaban ialah bagian-bagian yang halus dan juga indah layaknya seni. Masyarakat yang telah maju didalam kebudayaan tersebut berarti mempunyai peradaban yang tinggi. Istilah
    peradaban tersebut sering dipakai untuk dapat menunjukkan pendapat dan juga suatu penilaian kita terhadap suatu perkembangan kebudayaan yang mana pada waktu perkembangan kebudayaan
    tersebut mencapai puncaknya berwujud kepada unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan lain-lainnya oleh karena itu masyarakat pemilik kebudayaan ini dikatakan telah
    mempunyai peradaban yang tinggi.
  • Oswald Spengler
    Oswald tersebut berpendapat bahwa pengertian peradaban ialah suatu kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf tinggi ataupun kompleks. selain itu juga Spengler menggemukakan bahwa
    peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat telah mencapai taraf tinggi dan juga kompleks. Lebih lanjutnya lagi, Spengler menggemukan juga bahwa peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat
    tidak lagi mempuyai aspek produktif, beku, serta juga mengkristal. Adapun kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang hidup dan juga kreatif.
  • Arnold Toynbee
    Didalam bukunya “The Disintegrations of Civilization” menggemukakan bahwa peradaban ialah kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi. Pengertian lain
    menyatakan bahwa peradaban ialah suatu kumpulan dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup kepada keseluruhan aspek kehidupan manusia, baik itu secara fisik (misalnya bangunan, jalan),
    ataupun juga non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, dll).
  • Albion Small
    Peradaban ialah kemampuan manusia didalam mengendalikan suatu dorongan dasar kemanusiaannya untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. kebudayaan tersebut mengacu kepada
    kemampuan manusia didalam mengendalikan alam dengan melalui ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Menurutnya , yang menyatakan pendapatnya bahwa peradaban tersebut berhubungan
    dengan suatu perbaikan yang dengan bersifat kualitatif serta juga menyangkut kepada kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang bersifat material, faktual,
    relefan, dan juga konkret.
  • Bierens De Hann
    Menurut Bierens De Hann yang menyatakan pendapatnya mengenai pengertian peradabadan yang mempunyai arti bahwa peradaban ialah keseluruhan kehidupan sosial, politik, ekonomi, serta juga
    teknik. Jadi, peradaban tersebut mempunyai kegunaan praktis didalam hubungan kemasyarakatan.
Ciri-Ciri Umum Peradaban
Peradaban tersebut mempunyai ciri-ciri atau juga karakteristik yang berguna dalam memperjelas suatu peradaban serta juga berfungsi didalam membedakan suatu peradaban dan kebudayaan.
Berikut ini adalah Ciri-ciri umum sebuah peradaban antara lain ialah sebagai berikut :
  1. Pembangunan suatu kota-kota baru dengan menggunakan tata ruang yang baik, indah, dan juga modern
  2. Menggunakan Sistem pemerintahan yang tertib dikarenakan terdapat hukum dan juga peraturan.
  3. Berkembangnya bermacam macam ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang lebih maju ialah seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, dan lain-lain.
  4. Masyarakat yang lebih kompleks dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan juga strata sosial


https://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-peradaban-dan-ciri-ciri-peradaban-menurut-para-ahli/