Halaman

Sabtu, 12 Desember 2015

BAB 4 - PEMUDA dan SOSIALISASI

BAB 4
PEMUDA dan SOSIALISASI

1.    INTERNALISASI BELAJAR dan SPESIALISASI
Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis masa ini memungkinkan mereka berada dalam anomi ( keadaan tanpa norma dan hukum ) akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua. Dalam keadaan demikian , seringkali muncul perilaku menyimpang atau kecenderungan melakukan pelanggaran. Kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran pengaruh media massa.
Anomi menurut Enoch Markum , muncul akibat keanekaragaman dan kekaburan norma. Misalnya norma A yang ditanamkan di dalam keluarga sangat berbeda dengan norma B yang ia lihat di luar lingkungan keluarga.
Masyarakat yang diharapkan mampu memebri jawaban juga berada dalam keadaan transisi sehingga tidak mampu memberikan apa yang diinginkan remaja.

ORIENTASI MENDUA
Sedangkan mengenai orientasi mendua , menurut Dr. Male adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua , masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan serta loyalitas terhadap teman sebaya apakah itu dilingkungan sekolah atau diluar sekolah.
Sementara itu menurut Zulkarimen Nasution mengutip pendapat ahli komunikasi J. Kapper dalam bukunya The Effect of Mass Comunication mengatakan kondisi bimbang yang dialami para remaja menyebabkan mereka melahap semua informasi tanpa seleksi. Dengan demikian mereka adalah kelompok potensial yang mudah dipengaruhi oleh media sosial apapun bentuknya
Sementara Enoch Markum berpendapat agar orang dewasa tidak selalu menaggap setiap youth culture adalah counter culture , remaja harus diberi kesempatan berkembang dan berargumentasi. Dia juga melihar perbedaan yang berarti antara remaja dulu dan sekarang. Ini disebabkan muculnya fungsi-fungsi baru dalam masyarakat yang dulu tidak ada.
Ia menawarkan dua alternative pemecahan masalah :
I.        Mengaktifkan kembali fungsi keluarga dan kembali pada pendidikan agama karena hanya agama yang bisa memberikan pegangan yang mantap
II.      Menegakkan hokum akan berpengaruh besar bagi remaja dalam proses pengukuhan identitas dirinya.


PERANAN MEDIA MASSA
Menurut Zulkarimen Nasution dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian kesan semakin permisifnya masyarakat juga tercermin pada isi media yang beredar.  Sementara masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak  menuju masa dewasa , ditandai beberapa ciri :
I.        Keinginan memenuhi dan menyatakan identitas diri
II.      Kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua
III.    Kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah sesama remaja
Ciri-ciri ini menyebabkan kecenderungan remaja melahap begitu saja arus informasi yang serasi dengan selera dan keinginan mereka dan orang tua yang tadinya berfungsi sebagai penyaring dan pemberi informasi yang diterima kini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Sebagai jalan keluar ahli komunikasi itu melihat perlunya membekali remaja dengan keterampilan berinformasi yang mencakup kemampuan menemukan  , memilih , menggunakan dan mengevaluasi informasi

PERLU DIKEMBANGKAN
Arif Gosita SH berbicara mengenai Kecenderungan-kecenderungan Relasi Orang tua dan Remaja (KROR) menyatakan KROR positif merupakan factor pendukung hubungan orang tua dan remaja yang edukatif . sedangkan yang negative merupakan factor yang tidak mendukung karena bersifat destruktifdan koonfrontatif.
Mengembangkan KROR yang positif menurut Arif Gosita bukan hal yang mudah karena harus menghadapi KROR negative yang terus berkembang , akibat situasi dan kondisi tertentu misalnya perubahan sosial.
Masalah kepemudaan dapat ditinjau dari dua asumsi , yaitu :
I.        Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris , terpecah-pecah dan setiap fragmen mempunyai arti sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai sendiri. Oleh sebab itu arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dari masa itu sendiri
II.      Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran-tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya. Sudah tentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang bersembunyi dibalik tradisi. Dinamika pemuda tidak dilihat sebagai sebagian dari dinamika atau lebih tepat sebagian dari dinamika wawasan kehidupan.

Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil berarti dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai objek dari penerapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai sendiri.
Dari asumsi yang mendasari diatas kiranya tidak akan memberi jawaban terhadap “kebinalan” pemuda dewasa ini. Baik gagasan mengenai “wawasan kehidupan” , maupun konsep mengenai tata kehidupan yang dinamis akan menggugurkan pandangan klasik yang menafsirkan kelakuan pemuda dan hidup kepemudaan sebagai sesuatu yang abnormal.

2.    PEMUDA dan IDENTITAS
Pemuda adalah suatu generasi yang dipandangnya terbebani bermacam-macam harapan , terutama dari generasi lainnya. Hal ini dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya  , generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus-menerus.
Lebih menarik lagi pada generasi ini mempunyai permasalahan-permasalahan yang sangat bervariasi dimana jika permasalahan ini tidak dapat diatasi secara proporsional maka pemuda akan kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan.
Disamping menghadapi permasalahan pemuda memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting artinya sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda ini harus digarap dalam arti pengembangan dan pembinaannya dan hendaknya harus sesuai asas , arah dan tujuan pembangunan.
A.    Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pendoman sehingga pelaksanannnya dapat terarah , menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berdasarkan :
1)      Landasan Idiil                     : Pancasila
2)      Landasan Konstitusional   : Undang-Undang Dasar 1945
3)      Landasan Strategis             : Garis-garis Besar Haluan Negara
4)      Landasan Historis               : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi
                                               Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5)      Landasan Normatif            : Etika , tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam
                                               Masyarakat.
Motivasi dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional , seperti telah terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
     Atas dasar kenyataan diatas diperlukan penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu memainkan peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut mengingat masa depan adalah kepunyaan generasi muda , namun disadari pula bahwa masa depan tidak berdiri sendiri. Ia adalah lanjutan masa sekarang dan masa sekarang merupakan hasil masa lampau. Dalam hal ini , maka pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa dating sebagai bagian mutlak masa kini.
Tanpa ikut sertanya generasi muda , pembangunan ini sulit berhasil bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar , tetapi yang lebih penting tanpa kegairahan dan kreatifitas pemuda maka pembangunan bangsa kita dalam jangka panjang dapat kehilangan kesinambungannya.
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok , yaitu :
1)      Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya , guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional\
2)      Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.

B.    Masalah dan Potensi Generasi Muda
1)      Permasalahan Generasi Muda
a.      Menurunnya jiwa idealism , patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda
b.      Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c.       Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia , baik yang formal maupun non-formal
d.      Kurangnya lapangan kerja atau kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran dikalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosialnya.
e.      Kekurangan gizi yang dapat menyebabkan hambatan gizi bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan dikalangan generasi muda , hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah
f.        Masih banyaknya perkawinan dibawah umur , terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan
g.      Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga
h.      Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika
i.        Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda

Dalam rangka untuk memecahkan permasalahan generasi muda tersebut diatas memerlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan berencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan. Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik adalah merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional

2)      Potensi-potensi Generasi Muda
a.      Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada , maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan didalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Idealisme dan daya kritis senantiasa dilengkapi dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang
b.      Dinamika dan Kreatifitas
Yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan dan peyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagasan/alternative yang baru sama sekali
c.       Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan , mengandung resiko dapat meleset , terhambat atau gagal. Namun mengambil resiko itu adalah perlu dilakukan jika kemajuan ingin diperoleh.
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko , kesiapan pengetahuan , perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada keberanian mengambil resiko
d.      Optimis dan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan semangat yang dimiliki merupakan daya pendorong untuk mecoba maju lagi.
e.      Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa
f.        Terdidik
g.      Keanekaragaman Dalam Persatuan dan Kesatuan
Merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan eksklusif tetapi dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam rangka integrasi nasional yang didasarkan atas semangat dan jiwa Sumpah Pemuda (1928) serta kesamaan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
h.      Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebangsaan , kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan , dengan tekad dan semangat generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional
i.        Sikap Kesatria
j.        Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap lingkungannya yang terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi , baik yang maju , madya maupun yang sederhana
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalu belajar dan penyesuaian diri , bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi , baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari keluarga

Tujuan pokok sosialisasi :
I.        Individu harus diberi ilmu pengetahuan yaitu berupa keterampilan yang akan dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat
II.      Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya
III.    Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat
IV.    Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya
Faktor lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang peranan penting karena didalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akan diperoleh dari lingkungan disekelilingnya. Lebih-lebih pada masa peralihan dari masa muda menjadi masa dewasa , dimana sering terjadi konflik nilai ,  wadah pembinaan harus bersifat fleksibel , mampu dan mengerti dalam membina pemuda, harus mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan fasilitas hidup.

3.    PERGURAN dan PENDIDIKAN
A.    MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Pembinaan sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SMP/SMA dengan cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari perkiraan semula. Setiap tahun peserta lomba karya ilmiah remaja itu semakin bertambah jumlahnya dan dalam usia yang belia itu mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum para cendekiawan tua.
Pembinaan dan pengembangan potensi angkata muda pada tingkat perguruan tinggi lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka dibina di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktek lapangan.
Kaum muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu , pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.

B.    PENDIDIKAN dan PERGURUAN TINGGI
Pendidikan berupaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia , sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara “self propelling” dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasi memenuhi jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.
Tetap masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal , tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu didalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk , banyaknya jumlah pencari kerja , kurangnya semangat kewiraswastaan , merupakan hal-hal  yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh
Sebagai suatu bangsa yang menetapkan Pancasila sebaga falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia , maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya , pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan , suatu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan melalu suatu alternative pembangunan yang lebih baik , serta menghargai kemampuan yang antara lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan sector yang lain , sector pendidikan merupakan sector yang paling pesat kemajuannya.
Pembicaraan tentang generasi muda khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting karena berbagai alesan , yaitu :
1.      Sebagai masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik , mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya , karena adanya kesempatan untuk terlibat didalam pemikiran , pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak dimiliki pemuda pada umumnya . Oleh karena itu mahasiswa termasuk yang terkemuka didalam memberikan perhartian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional
2.      Sebagai masyarakat yang paling lama duduk dibangku sekolah , maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana , dibandingkan dengan pemuda yang lainnya.
3.      Mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam terjadinya akulturasi sosial dan budaya . Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya sehingg mampu  melihat Indonesia secara keseluruhan
4.      Sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan , struktur perekonomian dan prestise didalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda. Umumnya mempunyai latar belakang sosial , ekonomi dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan genereasi muda lainnya. Dan jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik di bandingkan dengan generasi muda lainnya.

                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar